Seminar dan Rekoleksi di Dumai

Dumai 16 Agustus 2019, Masih dalam meriahnya suasana menjelang perayaan kemerdekaan RI yang ke 74 para pendidik dan tenaga kependidikan di Koordinatorat Dumai mengadakan seminar dan rekoleksi. Seminar dan rekoleksi ini merupakan rangkaian acara 50 tahun Yayasan Prayoga Riau. Acara tersebut digelar bersamaan dengan pesta pelindung sekolah yaitu Santo Tarcisius yang dirayakan setiap tanggal 15 Agustus.

Tema yang diangkat dalam seminar dan rekoleksi ini ialah “Orang yang Berkorban Bagi Keselamatan Orang Lain Akan Tetap Dikenang”. Judul tersebut merupakan sebuah understanding yang diangkat dari riwayat hidup Tarcisius. Tarcisius sendiri ialah seorang muda yang hidup sekitar awal abad ke III, ia mati sebagai seorang martir demi menjaga hosti suci yang akan diantarkan kepada umat kristen yang dipenjara oleh pemerintah Roma. Melalui cara hidupnya tersebut ia memberikan keteladanan hidup yang menarik, ia mau berkorban bagi sesamanya yang membuatnya kemudian dikenang sampai sekarang.

Seminar dan rekoleksi tersebut diikuti oleh seluruh pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di TK sampai SMA Santo Tarcisius, SD Fillius Dei, serta SD Ahmad Yani dan SD Marietta yang ada di Pulau Rupat. Hadir pula dalam acara tersebut para koordinator wilayah atau utusan koordinator dari masing-masing koordinatorat yang ada di Yayasan Prayoga Riau.

Kelompok Diskusi dari SD St. Tarcisius

Romo Anton Konseng dalam acara tersebut memberikan beberapa pertanyaan sebagai bahan sharing bersama oleh tiap-tiap pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di Dumai. Pertanyaan sharing menyangkut situasi yang ada di unit dan apa yang hendak dilakukan untuk mengembangkan unit-unit tersebut. Dalam sesi peneguhan Romo Anton kembali mengingatkan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan untuk menjadi seorang guru yang hebat. “Seorang Guru harus memiliki wibawa karena ia akan menjadi panutan, guru adalah yang digugu dan ditiru maka ia harus memiliki integritas diri yang baik. Guru yang memiliki integritas ialah ia yang mampu melakukan apa yang ia katakan, atau sesuai antara perkataan dan perbuatan”.

Lebih lanjut Rm. Anton mengingatkan para guru agar selalu mengubah diri sesuai dengan tuntutan profesi. Guru harus selalu membuat inovasi-inovasi, guru juga harus mampu untuk mencintai para murid seperti anak mereka sendiri. Terakhir Romo ketua Yayasan mengingatkan “Guru pertama-tama harus belajar baru kemudian mengajar” uangkapnya sebagai penutup sesi kesimpulan.

Acara tersebut juga disemarakkan oleh penampilan dari para peserta didik dari sekolah-sekolah Tarcisius dan juga dari para pendidik dan tenaga kependidikan dari sekolah-sekolah tersebut.