Rm. Anton dalam seminar “Menjadi Orangtua Bagi Generasi Z”

Duri, 16 Maret 2019. Sekolah-sekolah Santo Yosef yang ada di Duri, Kecamatan Mandau pada tanggal 16 Maret mengundang orangtua siswa untuk mengadakan seminar yang mengambil tema “Menjadi Orantua Pada Generasi Z. Sekolah Santo Yosef sendiri merupakan sekolah yang bernanung di bawah Yayasan Prayoga Riau. Sekolah Santo Yosef terdiri dari TK, SD, SMP dan SMA Santo Yosef. Peserta seminar kali ini ialah orangtua tingkat akhir dari jenjang TK, SD dan SMP.
Menjadi orangtua pada masa ini memang memiliki tantangan tersendiri. Ada perbedaan generasi antara anak-anak dan orangtua yang kadang mengakibatkan salah pengertian. Para pemateri yang mengisi seminar hari ini ialah Rm. Anton Konseng dan Romo Riduan Fransiskus Naibaho, Pr. Rm. Anton sendiri merupakan ketua Yayasan Prayoga Riau dan juga seorang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan; beliau juga lulusan dari Universitas La Salle Manila dalam bidang Psikologi.
Pemateri pertama Rm. Riduan menyampaikan materi tentang pembagian generasi mulai dari generasi tradisional sampai pada generasi alpha. Romo lulusan dari Universitas Urbaniana Roma ini menyampaikan bahwa masing-masing generasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Masing-masing generasi memiliki kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan data yang disampaikan kebanyakan orangtua para siswa dikategorikan dalam generasi Y atau generasi Milenial yang lahir antara tahun 1977-1994; sementara anak-anak ada pada generasi Z (lahir antara tahun (1995-2012) dan generasi Alpha (lahir tahun 2012 ke atas. Romo Riduan menekankan hal yang harus dilakukan agar perbedaan generasi ini tidak gesekana ialah pengenalan akan diri sendiri dan pengenalan akan generasi yang sedang di dampingi. Romo Riduan menegaskan bahwa dengan mengenal diri dan mengenal orang yang didampingi maka proses pendampingin akan berjalan dengan lancar.
Rm. Anton pada sesi kedua seminar memberikan materi terkait pola asuh anak pada ini. Anak-anak yang di dampingi ada pada generasi Z dan geneasi alpha sementara orangtua ada pada generasi Y atau milenial. Perbedaan generasi ini menyebabkan adanya gab generastion, ada jurang pemisah yang kadang membuat salah paham antara dua generasi yang berbeda ini. Hal yang diperlukan untuk menjebantani gab yang tercipta pertama-tama ialah jangan saling menyalahkan namun harus selalu belajar bersama. Don’t blame but learn together merupakan judul presentasi yang dibawakan oleh Rm. Anton. Saling menyalahkan atau menganggap generasi sendiri lebih baik dan menggangap generasi berikutnya kurang baik akan membuat gab semakin besar.

Rm. Riduan dalam seminar “Menjadi Orangtua Bagi Generasi Z”

Pola asuh yang cocok untuk mendapingi anak-anak Generasi Z ini menurut Rm. Anton ialah pola asuh Authoritative. Dalam pola asuh ini orang tua tetap memberikan aturan namun juga memberikan fleksibilitas kepada anak. Jika anak tersebut membuat kesalahan, anak tersebut justru diajak diskusi dan membiarkan ia belajar dari kesalahan. Orangtua tetap mengawasi tingkah laku anaknya, tetapi tidak secara terang-terangan. Pola pendidikan seperti ini disebut sebagai Marine Parenting (Christ Lopez). Pola asuh ini bertolak belakang dengan

 dimana orangtua menjadi pengawas untuk anak-anaknya. Anak-anak tidak memiliki kebebasan dan tentunya anak-anak tidak menyukai hal tersebut. Lebih lanjut Romo Anton menekankan pentingnya dukungan dari orangtua untuk tumbuh kembang anak-anak. Mereka masing senantiasa memerlukan dukungan dari orangtua agar bertumbuh dan berkembang secara baik.
Acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan akan-anak mulai dari jenjang TK sampai SMA. Anak-anak tersebut menunjukkan potensi yang luar biasa. Suatu potensi dan kreatifitas yang menjadi sukacita bagi para orangtua melihat anak-anak mereka mampu berkembang secara baik.

Penampilan peserta didik dari SD